SEJARAH DAN DINAMIKA STATUS HUKUM MASYARAKAT ROHINGYA

Hasil gambar untuk masyarakat rohingya di myanmar

  1. Pendahuluan

Islam di Asia Tenggara merupakan kekuatan sosial yang patut diperhitungkan, karena hampir seluruh negara yang ada di Asia Tenggara, penduduknya baik mayoritas ataupun minoritas memeluk agama Islam. Dari segi jumlah, hampir terdapat 300 juta orang di seluruh Asia Tenggara yang mengaku sebagai Muslim. Berdasarkan kenyataan ini, Asia Tenggara merupakan satu-satunya wilayah Islam yang terbentang dari Afrika Barat Daya hingga Asia Selatan, yang mempunyai penduduk Muslim terbesar. Asia Tenggara dianggap sebagai wilayah yang paling banyak pemeluk agama lslamnya. Saat ini agama Islam menjadi agama resmi dan mayoritas di negara Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia. Akan tetapi, tak dapat dipungkiri bahwa umat Islam menjadi minoritas di Vietnam, Laos, Kamboja, Myanmar, Singapura, Thailand dan Filipina. Bahkan  dalam cakupan umat muslim minoritas se Asia, Thailand, Filipina, dan Myanmar merupakan minoritasnya.

Sejak abad I kawasan laut asia tenggara khususnya selat malaka memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran da perdagangan internasional karena posisinya yang menghubungkan negeri-negeri asia timur jauh, asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan tersebut hingga ke china melalui selat malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar yaitu china di bawah dinasti Tang (618-907), kerajaan sriwijaya (abad 7-14), dinasti umayyah (660-749) dan dinasti abasiyah (750-870). Islam mulai masuk ke beberapa  wilayah asia tenggara pada abad VII sampai abad XII  dapat dikatakan baru pada pembentukan komunitas muslim yang terutama terdiri dari pada pedagang. Setelah itu pada abad selanjutnya mulai mengembangkan sayapnya.[1]

Seperti disinggung diatas bahwa Myanmar masuk pada negara yang minoritas muslim jika mendengar islam di Myanmar maka yang terbesit difikiran kita  adalah islam Rohingnya. Sebenarnya islam di Myanmar ada beberapa tempat bukan hanya di rohingnya. Namun komunitas islam tersebut tidak terlalu menonjol.  Untuk lebih jelasnya makalah ini akan membahas mengenai sejarah perkembangan dan dinamika islam di Myanmar.

  1. Pembahasan
  2. Kondisi Burma ( Myammar ) Sebelum Kedatangan Islam

Dalam sejarah Burma tercatat bahwa negeri ini merupakan kerajaan yang telah merdeka sejak sekitar abad 266 SM hingga tahun 1782 M sebelum berada dibawah pemerintahan Burma. Dapat diketahui bahwa Burma memiliki sejarah yang panjang. Sama halnya dengan negeri-negeri di Asia Tenggara pada masa pra-Islam daerah-daerah di Asia Tenggara telah didominasi oleh agama Hindu dan Budhha, yang dibawa oleh orang-orang India melalui jalur perdagangan. Pada masa sebelum Islam masuk di Burma ( myammar ) telah terdapat beberapa kerajaan yang terletak di dua daerah yakni di daerah Pagan (Bagan) dan Arakan, di kedua daerah ini merupakan tempat dimana agama Hindu dan Budhha dapat berkembang hingga dapat masuk ke dalam kalangan kerajaan.

Telah kita ketahui bahwa agama terbesar di Burma didominasi oleh agama Buddha. Hal ini dapat diketahui dari adanya para pedagang dari Cina yang telah melalui daerah ini. Hal ini terlihat dari sumber Cina, yang mana rute jalan tua melintas daratan antara Cina dan Barat, yang menyebrangi daerah bagian Utara negeri ini. Petunjuk pertama pemakaiannya tahun 128 SM, ketika Chang Chi’en menemukan hasil negeri Cina dari Propinsi Seachuan, di Bactria. Langkah – langkah diambil untuk menghubungkannya tetapi hanya pada tahun 69 SM Cina menemukan perfektur Yung Ch’ang menyebrangi mekang dengan markas besarnya di Timur Salween, kira-kira 60 mil dari perbatasan Burma sekarang

  1. Awal Kedatangan Islam Di Burma ( Myammar )

Agama Islam pertama kali masuk di Myanmar pada tahun 1055M yang datang ke delta Sungai Ayeyarwady Burma (myammar), yang terletak di pantai Tanintharyi dan di Rakhine bermula pada abad ke 9, sebelum pendirian imperium pertama Burma oleh Raja Anawrahta dari Bagan. Para saudagar Arab yang beragama Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan Daerah Rakhin.Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang – orang Eropa, Cina dan Persia .Populasi umat Islam yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki, Moor, dan Melayu.Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama Islam seperti dari etnis Rakhin dan shan. Dalam tulisan – tulisan pelaut Arab dan Persia pada masa itu terdapat catatan tentang Burma. Ibn Khordadhbeh, Sulaiman, Ibn al-Faqih dan al-Maqdisi yang melintasi kawasan ini pada abad ke-9 dan 10 M telah mencatatkan aktivitas pedagang-pedagang Islam di Burma ketika itu. Diantara mereka ada yang singgah di burma(myammar) untuk berdagang dan ada pula yang menanti angin sebelum meneruskan pelayaran mereka ke timur atau balik ke India atau tanah Arab. Ada juga di antara mereka yang akhirnya menetap di burma karena kapal yang mereka tumpangi rusak atau tenggelam. Mereka yang agak lama tinggal di Burma ini akhirnya menikah dengan penduduk setempat yang beragama Budha, sehingga terbentuklah komunitas Islam di pelabuhan –  pelabuhan negara itu.[2]

Namun ada pendapat lain karena negeri Burma yang pada awalnya telah terbagi menjadi beberapa kerajaan, hal ini menjadikan timbulnya beberapa versi mengenai kedatangan Islam khususnya di dua daerah bagian Burma yakni, Pagan (Bagan) dan Arakan, untuk mengetahui Islamisasi di Burma dalam makalah ini akan membagi proses Islamisasi di kedua daerah tersebut. Kedatangan Orang-Orang Arab di Arakan, yang pada asal mulanya dinamakan Rohang, merupakan sebuah bangsa yang berdiri sendiri sejak awal mula sejarah bangsa itu dikenal. Arakan sejak dahulu telah banyak didapati para pedagang Arab, Arakan merupakan tempat terkenal bagi para pelaut Arab, Moor, Turki, Moghuls, Asia Tengah, dan Bengal yang datang sebagai pedagang, prajurit, dan ulama. Mereka datang melalui jalur darat dan laut. Pendatang tersebut banyak yang tinggal di Arakan dan bercampur dengan penduduk setempat. Muslim Arab datang pertama kali melewati daratan India dan Asia Tenggara melalui jalur perdagangan pada abad ke-7. Pada waktu itu, rempah-rempah, katun, batu mulia, barang tambang, dan komuditas lainnya yang datang dari Selatan dan Asia Tenggara merupakan barang-barang yang sangat dibutuhkan di daerah Timur Tengah dan Eropa. Orang-orang Arab datang sebagai pedagang, dan hampir menguasai perdagangan tersebut. Mereka melahirkan pedagang-pedagang yang menyebarkan Islam dan menjadi pelaut-pelaut hebat, pengetahuan mereka tentang navigasi, ilmu garis lintang, dan garis bujur, fenomena astronomi, dan geografi negara-negara telah membuat mereka tak tertandingi dalam hal berdagang di Samudera Hindia selama beberapa abad. Orang-orang Arab tersebut menulis tentang tempat-tempat yang mereka datangi untuk membuktikan kedatangan mereka di dunia Timur dan Barat.  Kedatangan Orang-orang Muslim di Pagan. Generasi awal muslim yang datang ke delta Sungai Ayeyarwady Burma, yang terletak di pantai Tanintharyi dan di Rakhine bermula pada abad ke 9, sebelum pendirian imperium pertama Burma pada tahun 1055 M oleh Raja Anawrahta dari Bagan. Keberadaan orang-orang Islam dan da’wah Islam pertama ini didokumentasikan oleh para petualang Arab, Persia, Eropa, dan Cina. Orang-orang Islam Burma merupakan keturunan dari orang-orang Islam yang menetap dan kemudian menikahi orang-orang dari etnis Burma setempat. Orang-orang Islam yang tiba di Burma umumnya sebagai pedagang yang kemudian menetap, anggota militer, tawanan perang, pengungsi, dan korban perbudakan. Bagaimanapun juga , ada diantara mereka yang mendapat posisi terhormat sebagai penasehat raja, pegawai kerajaan, penguasa pelabuhan, kepala daerah dan sebagainya.

  1. Proses Islamisasi Di Myammar

proses islamisasi memakan waktu yang lama untuk mewujudkan suatu kekuasaan, mereka baru dapat mendirikan Negara Islam Arakan pada abad ke-14 M. Proses penyebaran Muslim dari pantai Arakan kemudian lanjut ke selatan dan masuknya Islam ke Myanmar tidak hanya dibawa oleh para pedagang Arab, Muslim Malaysia dan India juga mempunyai peranan yang penting dalam penyebaran Muslim di Myanmar. Kemudian hukum keluarga Muslim berlaku dan sekitar 5.000 Muslim pergi melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya. Di kota-kota besar, ada beberapa mesjid dan al-Qur’an diterjemahkan ke dalam bahasa Burma oleh suatu tim Muslim yang benar-benar menguasai materi tentang itu. Kekuasaan Islam di Arakan berjalan lebih kurang selama 350 tahun dengan 48 orang sultan yang memerintah silih berganti, sehingga dijajah oleh Burma pada tahun 1784 dan penjajahan ini berlanjut dengan diambil alih oleh inggris  pada tahun 1822. Pada tahun 1880-an orang-orang Islam di India berbondong-bondong hijrah ke Myanmar, sehingga jumlah Muslim semakin meningkat di Myanmar. Pada tahun 1948 British memberikan kemerdekaan kepada Myanmar, dengan demikian Arakan daerah kekuasaan Islam menjadi daerah kekuasaan Myanmar. Hal ini membuat Muslim tidak senang, karena mereka diperlakukan secara kejam oleh pemerintah bahkan kewarganegaraan mereka dinafikan. Kondisi ini telah membuat Muslim menuntut agar mereka diberi otonomi untuk menjalankan pemerintahan sendiri.[3]

  1. Komunitas Muslim Di Burma ( Myammar )

Pada umumnya masyarakat muslim di Burma terbagi dalam berbagai komunitas yang berbeda, dan masing-masing komunitas muslim ini mempunyai hubungan yang berbeda-beda dengan mayoritas masyarakat Budhha dan pemerintah. Mayoritas terbesar dari komunitas muslim yang ada adalah pengikut Sunni,  Komunitas muslim yang terdapat di Myanmar yaitu:

1) Muslim Burma atau Zerbadee

2) Muslim India, Imigran Keturunan India

3) Muslim Rohingnya (Rakhine)

4) Muslim Huihui (Panthay) atau disebut muslim Cina

Muslim Burma atau Zerbadee, merupakan komunitas yang paling lama berdiri dan berakar di wilayah Shwebo. Diperkirakan mereka merupakan keturunan dari para mubalig yang datang dari timur tengah dan Asia selatan serta penduduk muslim awal yang kemudian beranak pinak dengan masyarakat Burma.

Muslim India, Imigran Keturunan India, merupakan komunitas muslim yang terbentuk seiring kolonisasi Burma oleh Inggris abad ke-19. Pada 1886 sampai 1973. Burma dijadikan sebagai bagian dari provinsi India oleh Inggris oleh karena itu banyak imigran dari India ke Burma. Pemerintah Inggris sangat berperan atas datangnya Muslim-muslim India ini. Mereka berdomisili di provinsi Arakan dan Tenasserin. Penyebab Muslim India banyak berdatangan ke Burma karena pemerintah Burma yang membutuhkan sumber daya manusia dan penilaian subyektif Inggris tentang imigran India yang dinilai lebih adaptif dan mandiri.

Muslim Rohingnya (Rakhine)  adalah komunitas muslim yang bermukim di Negara bagian Arakan atau Rakhine, yang berbatasan dengan Bangladesh. Suku Rohingnya adalah orang Islam dengan budaya mereka yang jelas terlihat di daerah Arakan. Hal itu karena mereka menurunkan agama mereka pada seluruh keturunan mereka dari bangsa Arab, Moor, Pathan, Moghul, Asia Tengah, Bengal dan beberapa bangsa Indo-Mongol. Percampuran dari suku, membuat karakter fisik mereka terlihat lebih berbeda seperti tulang pipi yang tidak begitu keras, mata mereka tidak begitu sipit (seperti orang Rakhine Magh dan orang Burma). Hidung mereka tidak begitu pesek. Mereka lebih tinggi dari orang Rakhine Magh tetapi kulit mereka lebih gelap, beberapa dari mereka kulitnya kemerahan, tetapi tidak terlalu kekuningan. Muslim HuiHui atau Muslim Cina, adalah muslim cina yang datang dan menetap di burma.[4]

  1. Nasib minoritas muslim Rohingnya Myanmar

Minoritas Muslim Rohingnya di Myanmar, menjadi suatu masyarakat yang memiliki nasib terkucilkan di tempat tanah kelahirannya. Beberapa faktor sejarah, hukum, dan sosial ekonomi dapat menjelaskan mengapa minoritas muslim Rohingnya tidak memiliki status kewarganegaraan dan menjadi korban keganasan sebagai aparat Myanmar.[5]

Pertama masyarakat Rohingnya merupakan kaum imigran yang datang ke Burma, beberapa abad silam. Sebagian berpendapat bahwa Rohingnya berasal dari bahasa arab Rahama (kasih sayang: bahasa arab) yang berasal dari kasultanan di Bengal. Dari postur tubuh dan bahasa, mereka cenderung memiliki kesamaan fisik dan bahasaan dengan bangsa Bangladesh. Penggunaan bahasa mereka berkaitan dengan bahasa chitagonion yang digunakan kebanyakan orang wilayah perbatasan bagian selatan Bangladesh. Secara geografis wilayah arakan (rakhine) kebanyakan mereka tinggal di wilayah perbatasan antara Bangladesh dengan arakan wilayah burma barat (Myanmar).

Kehadiran mereka di Arakan, Burma barat telah berafiliasi dengan penjajahan inggris. pada zaman jepang mereka terkucilkan karena tidak tidak berkolaborasi dengan penduduk asli bura, sebagian Rohingnya menjadi imigran,dari Pakistan merupakan konsekkuensi politis sejak pemerintahan ali Al-Jinnah, sejak berdirinya Pakistan tahun 1945-1948, mereka dikirim sebagaui group militer yang ditempatkan di wilayah Arakan, di wilayah Pakistan timur, atau Bangladesh yang saat ini berbatasan dengan wilayah Burma.

Kedua minoritas muslim Rohingnya menjadi  warga masyarakat yang tidak memiliki status kewarganegaraan. Mengingak kebijakan-kebijakan hukum dan politis, sejak dibuatnya UU keimigrasian yaitu tahun 1974, pemerintah Myanmar memberikan tanda pengenal penduduk. Terkecuali suku Rohingnya, semua suku-suku bangsa india, china, Bangladesh, dan suku asli Burma seperti chin dan Keren, memperoleh kartu identitas sebagai warga negara. Rohingnya hanya memperoleh sertifikat terdaftar orang asing, (foreign Registration Cards). Situasi semakin sulit bagi minoritas muslim Rohingnya karena pemerintah Burma mengeluarkan UU Kewarganegaraan penuh, warga negara asosiasi, dan penduduk karena naturalisasi. Rohingnya tidak memperoleh kewarganegaraan karena hanya memiliki status orang asing.

Selain itu ada alasan politis suku Rohingnya yang tinggal di Arakan pernah menuntut suatu otonomi dengan melakukan perlawanan pada pemerintah junta militer 1948. Klaim otonomi inilah yang membuat suku-suku asli Burma tidak menyenangi suku Rohingnya. Citra mereka semakin memburuk ketika sebagian Rohingnya diduga terlibat jaringan Al-Qaeda, sebagai gerakan teroris. Sikap antagonistic itulah yang mendorong timbulnya konflik horizontal dan kekerasan.

Ketiga konsekwensi hukum dan kebijakan politik diskriminatif tersebut menciptakan kondisi ekonomi Rohingnya semakin memburuk, mereka tidak dapat hidup layak untuk memperoleh pekerjaan pantas. Tidak tersedianya pelayanan pendidikan dan kesehatan begitu juga kehidupan mereka tidak sejahtera. Bahkan sejak tahun 1994 kebijakan kerja paksa bagi anak-anak dan juga orang tua diberlakukan. Tindakan perampasan atas harta kekayaan mereka dengan cara melanggar hukum oleh sekelompok masyarakat terus berlangsung membuat mereka tidak berdaya.  tidak mengherankan jika mereka umumnya menjadi penduduk yang miskin. Berbagai desa dan wilayah perbatasan sangat rentan dengan berbagai ancaman keamanan tindakan kejahatan. Kekuatan pemerintah junta militer membiarkan pengusiran dan pemusnahan harta kekayaan mereka banyak orang Rohingnya menjadi PNS, kemudian diberhentikan  tanpa alasan yang benar.[6]

  1. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sebelum islam masuk ke Myanmar penduduknya memeluk agama hindu dan budha dan agama terbesar di Burma didominasi oleh agama Buddha. Hal ini dapat diketahui dari adanya para pedagang dari Cina yang telah melalui daerahnya.

Dan pada tahun 1055M islam datang ke delta Sungai Ayeyarwady Burma (myammar), yang terletak di pantai Tanintharyi dan di Rakhine bermula pada abad ke 9, kemudian mulailah proses islamisasi yang memakan waktu cukup lama untuk mewujudkan suatu kekuasaan, mereka baru dapat mendirikan Negara Islam Arakan pada abad ke-14 M. Proses penyebaran Muslim dari pantai Arakan kemudian lanjut ke selatan dan masuknya Islam ke Myanmar tidak hanya dibawa oleh para pedagang Arab, Muslim Malaysia dan India juga mempunyai peranan yang penting dalam penyebaran Muslim di Myanmar.

Adapun kebijakan pemerintah Myanmar terhadap minoritas rohingnya terbukti melanggar hukum internaasional baik yang terkait dengan statushukum yang didasarkan pada UU keimigrasian dan kewarganegaraan maupun pada upaya-upaya untuk menutup acces kesejahteraan bagi minoritas rohingnya baik pendidikan, kesehatan, pekerjaan dan kesejahteraan.

 

DAFTAR PUSTAK

Saifullah, Sejarah & Kebudayaan islam di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,  2010

Abdurrahman, Dudung, Sejarah Peradaban Islam: Dari Klasik Hingga Modern, Siti      Maryam Ed, Yogyakarta: LESFI, 2002

http://kota-islam.blogspot.com/2014/02/sejarah-masuk-islam-di-myanmar.html, di acces pada 12 Januari 2015

Azra,Azyumardi..Renaisans Islam Asia Tenggara. Bandung: PT. Remaja Roesdakarya, 2000.

Jawahir Thonthowi, Perlakuan pemerintah Myanmar Terhadap Minoritas Muslim Rohingnyah perspektif Sejarah dan Hukum Internasional. Maret 2013.

[1] Saifullah, Sejarah & Kebudayaan islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,  2010), hlm 6-7

[2] Azra,Azyumardi..Renaisans Islam Asia Tenggara.(Bandung: PT. Remaja    Roesdakarya, 2000).hlm.56

[3] Abdurrahman, Dudung, Sejarah Peradaban Islam: Dari Klasik Hingga Modern, Siti Maryam Ed, (Yogyakarta: LESFI, 2002).hlm.12

[4] http://kota-islam.blogspot.com/2014/02/sejarah-masuk-islam-di-myanmar.html, di acces pada 12 Januari 2015.

[5]Jawahir Thonthowi, Perlakuan pemerintah Myanmar Terhadap Minoritas Muslim Rohingyah perspektif Sejarah dan Hukum Internasional. Maret 2013. Hlm 43.

[6]Ibid. hlm,  44.

Tinggalkan komentar